Senin, 23 September 2013

Curahan Putri Pertamamu, Bu.

Malam ini. Lagi-lagi saya terbawa arus dimensi putih nan kusam masa lalu, Bu.
Seakan mereka memanggil-manggilku dalam kesunyian malam. Mencoba menjebakku dalam masalalu yang telah usang. Mengajakku kembali mengingat kenangan lampau.

Bu. Jika masalalu itu datang saat aku tertidur pulas, kumohon jangan kau bangunkan aku, Bu. Biarkan masalalu itu menguasai alam mimpiku, walau hanya sedikit. Tapi sungguh, sebenarnya diriku enggan sekali didatanginya. Namun tak apalah, jika kedatangnnya dalam alam mimpi hanya untuk mengingatkanku "bahwa aku pernah berada dalam masa itu".

Iya. Iya, Bu. Aku pun tak mau menjadi manusia munafik. Mengabaikan masalalu. Menelantarkan orang-orang yang pernah terjebak kala itu. Tapi, Bu... Yang kuharapkan saat ini bukan itu. Iya. Bukan masa lalu yang kuharapkan untuk kembali, Bu. Bukan. Tapi jujur, kadang aku merindukan masa itu. Namun sungkan untuk mengingatnya.

Betul. Memang, Bu. Akupun tak pernah bermaksud melupakan mereka. Apalagi sama sekali menganggap tak kenal dengan mereka. Aku tak pernah bermaksud seperti itu, Bu.

Saat ini, hanya masa depan yang kuharapkan datang. Bukan lagi masalalu. Masa depanku telah kurangkai sedemikian rupa, agar menjadi indah nantinya. Masalalu biarkan hanya menjadi kenangan. Dan masa depanku akan menjadi sebuah harapan, yang nantinya tak sekusam masalalu ku. Insya Allah. Jika Ibu memberikan Ridha padaku.

Salam sungkemku untukmu, Ibu.
Tertanda, Putri Pertamamu.