Tugas Analisis Novel
Kajian Prosa dan Fiksi Bahasa
Indonesia
Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
Universtas Muhammadiyah Tangerang
Nama
: Eka Rahma Fitri
NPM
: 1288.201.143
Semester III – A.2
Judul
: Anak-anak Angin
Pengarang : Bayu Adi Persada
Penerbit : PlotPoint
Tahun
Terbit : 2013
Tebal : 271 Halaman
Sinopsis Novel
Bayu Adi Persada, laki-laki lulusan
Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Informatika. Mencoba mendaftarkan
diri menjadi bagian dari Pengajar Muda, suatu gerakan yang di cetuskan oleh
Anies Baswedan dalam yayasan Indonesia Mengajar.
Suatu malam, ketika Bayu ingin
memberitahu kepada Bapaknya bahwa ia telah diterima bekerja sebagai pengajar
muda, ia merasa takut karena ia tahu pasti bapaknya akan melarangnya untuk
bekerja menjadi pengajar di daerah pelosok, alhasil benar dugaan Bayu, saat
makan malam ia mencoba berbicara pada Bapaknya, dan ternyata Bapaknya melarang
keras keputusannya untuk mengajar di daerah pelosok. Namun, karena ia memiliki
tekad yang kuat, ia tetap menjalankan niatnya untuk mengajar meskipun tidak
diizinkan oleh Bapaknya.
Email pemberitahuan karantina
Pengajar Muda telah sampai dalam email Bayu, setelah kurang lebih dua bulan
menerima email tersebut, ia mulai masuk karantina, disana ia di bina bagaimana
menjadi guru yang baik dan disiplin untuk menerapkan ilmu pada murid-muridnya
di pelosok nanti. Tiba saatnya pemberitahuan penempatan mengajar, ia
mendapatkan tempat di Sekolah Dasar, Desa Bibinoi, Kabupaten Halmahera Selatan,
Maluku Utara. Saat pelepasan kepergian Pengajar Muda di Bandara, ia dan
kawan-kawannya yang lain menitikkan air mata saat menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya.
Tiba di tempat tujuan, Bayu di
sambut oleh Kepala Sekolah SDN Bibinoi, Pak Adin. Selama penempatan mengajar
disana, Bayu tinggal bersama keluarga Pak Adin di rumahnya. Istri dan anak-anak
Pak Adin menyambutnya dengan baik.
Keesokan harinya, Bayu mulai datang
ke SD tempat ia mengajar selama satu tahun kedepan, disana ia di perkenalkan
langsung oleh Pak Adin saat apel pagi. Bayu di amanatkan untuk menjadi guru
wali kelas di kelas tiga. Saat memasuki ruang kelas, semua murid kelas tiga
sangat antusias menyambut kedatangannya, meskipun mereka sempat memandang Bayu
dengan penuh tanya, tapi Bayu dapat mencairkan suasana menjadi hangat.
Hari-hari mengajarnya terlewati
dengan antusiasme murid-muridnya dalam kelas. Namun semakin hari, beberapa
murid semakin menunjukkan sikap asli mereka saat didalam kelas, sampai suatu
hari ia mengeluarkan dua anak muridnya dari dalam kelas karena kenakalannya.
Disana, ia merasakan betul bagaimana
perbedaan cara pandang masyarakat sana tentang pendidikan, lain halnya dengan Kota-kota besar yang ada di
Pulau Jawa, disana mereka hanya memandang bahwa pendidikan hanya sekedar bisa
membaca dan menulis saja, tidak lebih. Sampai suatu hari, ia menemukan murid
yang ia kagumi, Munarsi. Murid yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Tinggal disana, mulai terasa
perbedaannya. Banyak sekali kejadian yang ia rasakan, mulai dari tidak bisa
tidur karena tetangga Pak Adin menyalakan musik yang amat keras di malam hari di
saat waktunya orang-orang beristirahat, sampai merasakan kehilangan uang yang
dititipkan dari Yayasan kepadanya untuk biaya fasilitas Desa.
Suatu hari, Bayu jatuh sakit. Sampai
akhirnya ia harus memeriksakan diri di Puskesmas dengan ditemani oleh hampir
setengah dari murid dikelasnya, mungkin hal itu termasuk wujud kepedulian murid
terhadap gurunya.
Hari yang ditunggu tiba, Bayu dengan
Pengajar Muda yang lain mempersiapkan program penting Indonesia Mengajar yaitu
Olimpiade Sains Kuark Nasional, semua Pengajar Muda menjadi panitia dalam acara
ini. Semua pengajar menunjukkan keberhasilan mengjarnya lewat acara ini, SD
Bibinoi tempat Bayu mengajar mengirim dua tim untuk olimpiade tersebut.
Meskipun banyaknya hambatan saat keberangkatan menuju tempat pelaksanaan lomba,
namun pelaksanaannya berjalan dengan lancar, saat pelaksanaan olimpiade Bayu
bangga pada murid-muridnya.
Pengumuman semifinal Olimpiade Sains
Kuark Nasional tiba dalam email Bayu, kabar baik datang untuk SDN Bibinoi,
karena dua murid sekolah tersebut masuk ke babak semifinal, betapa bangganya ia
pada murid-muridnya terserbut. Tak lama, ia mendapatkan satu pesan masuk di Handphone dari Bapaknya, yang bertuliskan
bahwa Bapaknya merasa bangga dengan keberhasilannya.
Ujian Nasional untuk Madrasah Aliyah
tiba, jadwal waktu belajar mulai bertambah. Murid kelas tiga Aliyah berdatangan
kerumah untuk belajar tambahan. Namun, hal itu menjadi sia-sia saat Bayu
mengetahui bahwa saat pelaksanaan Ujian Nasional sekolah tersebut didapati
kecurangan saat UN berlangsung, ternyata semua murid diberikan kunci jawaban
pada saat UN berlangsung. Rasa kecewa itu menyelimuti Bayu.
Tiba saatnya Ujian Nasioanl Sekolah
Dasar, Bayu mengusulkan kepada kepala sekolah untuk tidak melakukan kecurangan.
Kepala sekolah mengikuti usul bayu, pada akhirnya SDN Bibinoi melaksanakan UN
dengan jujur.
Hari-hari terasa berjalan cepat,
sekitar sebulan setelah pelaksanaan UN berlangsung, Dinas Pendidikan Kabupaten
Halmahera datang ke SDN Bibinoi untuk mengadakan pemeriksaan terkait isu
penggelapan dana BOS di SD tersebut, dan ternyata benar, Pak Adin selaku Kepala
Sekolah di SD tersebut menjadi tersangka dalam penggelapan dana, namun masalah
tersebut bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan, Pak Adin tidak di turunkan
dari jabatannya, beliau sudah berjanji akan memimpin sekolah dengan baik, dan
semua guru harus memiliki sikap terbuka.
Sebelum waktu kepulangan tim
Pengajar Muda tiba, Bayu mendirikan
Rumah Belajar Bibinoi dari dana hasil pemberian Bapaknya. Masyarakat disana
sangat senang saat peresmian Rumah Belajar tersebut.
Tiba waktunya Bayu dan tim Pengajar
Muda lain untuk meninggalkan tempat
bertugasnya, semua masyarakat berdatangan ke rumah Pak Adin untuk sekedar
bertemu Bayu memberikan salam perpisahan, beberapa murid ikut meramaikan suasana
di rumah Pak Adin. Bayu dan tim PM lain mulai pamit pada masyarakat setempat,
hampir semua masyarakat mengantar Bayu sampai ke tepi laut, raut muka mereka
terlihat bersedih, begitu pun Bayu. Bayu segera menaiki kapal, tak lama kapal
mulai melaju, hampir seluruh warga melampaikan tangan mengisyaratkan salam
perpisahan padanya.
Analisis
·
Unsur Instrinsik :
-
Tokoh dan Penokohan :
v Bayu :
ü Memiliki
tekad yang kuat.
“Aku langsung
meninggalkan meja makan dan langsung ke kamar. Hati memang kecewa tapi tekad
sudah membulat. Aku tak akan mundur. Kalau perlu, aku tetap akan pergi meski hanya
mendapatkan setengah restu dari Ibu saja.” (hal. 3)
“Aku ingin membuktikan
kepada Bapak bahwa keputusan yang kuambila adalah yang terbaik. Bukan sekarang.
Nanti suatu saat, Bapak pasti akan bangga. Pasti”. (hal. 8)
ü Tegas
“Pagi itu mereka (dua
murid yang nakal) makan di kelas. Sudah kuperingatkan beberapa kali, tapi
mereka mengulangi. Mau tak mau, demi menanamkan contoh untuk murid lain, aku
mengeluarkan mereka”. (hal. 28)
“Aku sadar sebagai guru
yang baik hati, bahkan terlalu lembut oleh kebanyakan murid. Aku benar-benar
tak bisa berbuat kasar. Paling mentok, ya berkata tegas dengan nada suara yang
keras. Banyak murid yang mengerti dengan cara seperti itu sehingga aku masih
percaya cara itu ampuh” (hal. 74)
ü Sabar
“Setelah gerombolan
kuping karet, muncul kejadian mistis telur dan botol. Ada-ada saja cobaan yang
datang silih berganti. Aku sungguh tak sungkan menjalankan cobaan satu persatu,
tapi tidak sekaligus seperti ini—andai bisa memilih. Namun, setelah semua yang
terjadi, aku percaya pasti ada rencana besar untukku kali ini” (hal. 56)
“Tantangan terbesarku
adalah menghadapi kebosanan. Senjata utamanya tentu saja perangkat-perangkat
elektronik. Bila listrik mati, film tak bisa ditonton, music tak bisa di
dengar, permainan di hape jadi tak berguna.” (hal. 58)
“Aku pasrah saja kalau
sudah mendengar deru angin. Hanya tinggal menunggu waktu hingga lampu tak bisa
lagi menyala dan laptop tak lagi mampu mengisi bahan bakar. Inilah yang terjadi
sekarang”. (hal. 59)
·
Unsur Ekstrinstik
-
Nilai Pendidikan.
Cuplikan:
“Bagi kebanyakan
anggota masyarakat di sini, makna pendidikan hanya sebatas membaca dan menulis.
Tak lebih. Ketika anak sudah lulus sekolah dasar dan orangtua mendapati anak
mereka sudah lancar membaca dan menulis, banyak orangtua sudah bangga. Ilmu pengetahuan
itu urusan nanti, yang penting anak bisa bantu-bantu orangtua dengan dua
kemampuan dasar paling dasyat sedunia itu. Toh ujian masuk SMP pun hanya
membaca dan menulis.” (hal. 34)
Nilai
pendidikan
yang terkandung pada cuplilakn tersebut adalah, bahwa masyarakat disana tak
seperti masyarakat di kota-kota besar pada umumnya yang mementingkan pendidikan
dan ilmu pengetahuan, masyarakan sana hanya berpikiran bahwa pendidikan hanya
sekedar bisa membaca dan menulis, tidak lebih.
Cuplikan :
“Pak Adin bercerita bahwa dalam pelaksanaan ujian nasional yang
sudah-sudah memang ada kecurangan dari pihak sekolah dengan mengganti jawaban
peserta ujian. Menurutnya, jika tidak dibantu, kemungkinan mereka lulus amat
kecil. Sekolah membuat kunci jawaban sendiri yang kemudian digunakan untuk
membenarkan jawaban anak-anak. Dalam pikiranku, ini tidak separah yang ditemui
di Madrasah Aliyah. Setidaknya murid tidak dilibatkan dalam kecurangan itu.
Namun kecurangan dalam bentuk apapun tetap saja haram
dilakukan. Aku mencoba mengambil rasional dari pikiran beliau tentang bantuan
dalam Ujian Sekolah tiga minggu yang lalu. Bantuan yang diberikan sekolah sudah
lebih dari cukup untuk membantu siswa-siswa. Bayangkan saja, seminggu penuh
ujian tertulis dan praktik hanya dijadikan formalitas. Nilai asli tidak
berpengaruh sama sekali. Semua hasil nilai siswa diganti dengan nilai “suka-suka”
kepala sekolah.”
Nilai
pendidikan yang terkandung pada cuplikan
diatas yaitu, bahwa hampir seluruh sekolah yang ada disana selalu menggunakan
kecurangan pada saat Ujian Nasional berlangsung, banyak pihak yang menyalahgunakan
kunci jawaban sehingga UN hanya menjadi formalitas semata menuju kelulusan yang
baik. Bayu berpikir bahwa dengan cara seperti itu sama saja membuat generasi
penerus yang rusak karena kecurangan yang dilakukan, akhirnnya ia berusul
kepada kepala sekolah SDN Bibinoi untuk tidak melakukan kecurangan, bahwa SD
tersebut mampu menjalankan UN dengan jujur tanpa kecurangan apapun.